phone: 0817714664
e-mail: albatholcare@gmail.com
round minus
  • img
  • img
  • img
  • img
  • img
round plus

Senjata Kami Baru Sebatas Pena


Oleh: Ganna Pryadharizal, Alumnus Universitas al Azhar Mesir

Kami arahkan pandangan untuk ‘menyaksikan’ saudara-saudara kita; Mujahidin di setiap tempat, terutama para mujahid Daulah Islam Irak dan Syam (ISIS) di Suriah. Kami cukup bersedih melihat kondisi mereka. Banyak pihak yang mencoba untuk mengalienasi dan memarjinalkan mereka. Banyak pihak menistakan mereka dan sedikit sekali yang membela mereka.

Software islami ensiklopedi hadits kitab 9 imam berisi kumpulan hadits dan terjemahBerangkat dari fakta ini, kami sebagai bagian dari umat Islam yang belum bisa berjihad ke sana, mencoba untuk ambil bagian membela dan membantu mereka. Kami takut kelak Allah menanyakan tanggung jawab kami terhadap saudara-saudara seiman kami.
Meski belum banyak yang dapat kami lakukan untuk membantu mereka, kami sadar bahwa berpangku tangan pun sungguh tidak bijak. Bahkan betapa berbahayanya berpangku tangan, karena kebatilan akan keluar sebagai pemenang dan kebenaran semakin centang-perenang.
Dalam proxy war (perang perpanjangan tangan) antara kebenaran dan kebatilan ini, senjata kami baru sebatas pena (baca: tulisan), selain doa tentunya. Kami baru bisa sebatas menyusun kata-kata dan “berteriak” lantang melalui pena.

Padahal, kami menyadari bahwa kami bukanlah orang-orang yang pandai untuk menulis dan menyusun kata-kata. Kami hanya menuliskan apa yang ada di benak dan perasaan kami. Sebagaimana kami juga tidak pandai untuk menggubah syair dan sajak. Tidak banyak ilmu yang kami punya, dan kami pun masih terus belajar.

Tapi kami tidak ingin berkhianat dengan menyembunyikan ilmu yang telah kami ketahui, meski hanya sedikit. “Sampaikanlah (ilmu) dariku, walau hanya satu ayat,” Begitu Rasulullah mewanti-wanti.

Kami ingin “berteriak” melalui pena, tatkala banyak lisan dan tulisan berdusta tentang Daulah Islam. Kami “berteriak” lantang, ketika kesabaran sudah menipis dan mencapai klimaksnya, setelah membaca dan mendengar berbagai kabar hoax (bohong) yang disebar orang-orang kafir dan munafik.

Kami meraih pena yang seandainya berubah menjadi senapan,niscaya kami akan gunakan untuk menembak jantung mereka. Dan seandainya pena itu berubah menjadi bayonet, niscaya kami akantikam dada mereka.

Kami geleng-geleng kepala terheran-heran ketika mendengar mereka mengatakan, “ISIS adalah Khawarij! ISIS adalah takfiri (gemar mengkafirkan)!” Kami bertambah heran dan menyesal ketika mendengar bahwa orang-orang yang berkata seperti itu adalah para ulama. Mereka mengulang-ulang pernyataan keji tersebut di berbagai siaran televisi, radio, publikasi koran dan majalah. Mereka menyuarakan pernyataan-pernyataan yang mengindikasikan permusuhan mereka terhadap Mujahidin!

Padahal, mereka tidak pernah terjun ke medan jihad. Mereka cuma bisa hidup enak di zona nyaman mereka. Mereka hanya bisa berkomentar dan mengkritik, di saat anak-anak, kaum wanita, dan para orang tua Muslim dibantai secara terang-terangan baik di Suriah, Irak, Palestina, Afghanistan, Myanmar, Filipina, dan negeri-negeri lainnya.

Sungguh mengherankan! Sikap dan ucapan mereka sangat menyakitkan kaum Muslimin yang berjihad membela Allah dan Rasul-Nya. Mereka justru begitu semangat menyenangkan orang-orang kafir dan memuaskan para penguasa thaghut. Mereka begitu tega mendoakan kejelekan untuk orang-orang yang ingin menegakkan syariat Islam di muka bumi.

Ironis, mereka begitu syahdu ber-mudahanah (menjilat) dan bermesraan dengan orang-orang kafir yang telah membantai anak-anak Muslim di Irak, Afghanistan, Suriah, Somalia, dan negara lainnya. Sangat mengherankan! Sungguh mereka telah kehilangan kejantanan mereka!

Kami katakan, “Jika kalian tak sanggup untuk tampil sebagai ksatria pembela al-haqq, maka berikan jalan kepada para Mujahid untuk melakoninya. Janganlah kalian mengacaukan Mujahidin.”
Jelas kami geram. Jelas kami ingin membela Daulah Islam dan para mujahid di sana. Tapi untuk saat ini, kami baru bisa berjuang dengan pena.Sangat sederhana, namun tidak bisa dianggap enteng.

Pena itu kejam. Selain bisa membunuh orang lain, pena bahkan sanggup membunuh tuannya sendiri. Sampai-sampai Kaisar Perancis Napoleon Bonaparte begitu takut dengan pena.
“Saya lebih takut pada sebuah pena, daripada seratus meriam,” cetus Napoleon.
Hal ini juga diamini mantan Perdana Menteri Inggris Winston Churchill yang menyatakan, “Pena lebih tajam daripada pedang.”
Dua pernyataan ini menunjukkan bahwa “pena” atau tulisan kita bisa menjadi senjata ampuh untuk melakukan perubahan, membantu saudara-saudara kita berjuang meninggikan “kalimat” Allah.
Aqiqah Saung Domba | Praktis Amanah Santun Sedap
Tenang saja, berjuang dengan pena bukan berarti kami menganulir “jihad” dalam makna syar’i-nya, yaitu qital (berperang) melawan musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya. Perjuangan kami ini baru permulaan.

Jika kelak Allah memberi kami kemampuan untuk jihad qital, kami tidak akan ragu untuk terjun di dalamnya. Karena pena dan pedang akan bahu-membahu. Kami dan para mujahid di medan jihad akan bersinergi.

Dalam artikelnya berjudul Munazharah baina As-Saif wa Al-Qalam (Dialog Imajiner antara Pedang dengan Pena), Syaikh Abu Jandal Al-Azadi –semoga Allah membebaskannya dari belenggu thaghut– menyatakan, “Saya menyadari bahwa orang yang hanya menggenggam pena, tanpa pedang, maka dia akan terhina. Dan orang yang hanya menghunus pedang, tanpa berbekal pena, maka dia akan tersesat dan tergelincir.”
Semoga Allah merahmati Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah yang menegaskan, “Agama Islam niscaya tidak akan tegak, melainkan dengan Al-Quran yang akan memberi petunjuk dan pedang yang akan menolong. Cukup Allah yang memberi petunjuk dan pertolongan.”
Namun untuk menguasai senjata pena ini, membaca dan menuntut ilmu menjadi keniscayaan. Artinya, untuk menulis, kita harus banyak membaca.

Ya Allah, berikanlah pertolongan kepada para mujahid dan muwahhid di setiap tempat. Ya Allah, lindungilah saudara-saudara kami para muwahhid di setiap tempat. Ya Allah, lindungilah saudara-saudara kami yang tengah mendapatkan cobaan dari para thaghut. Ya Allah, bebaskanlah saudara-saudara kami yang sedang ditawan para penguasa kafir. Amin.

Editor : Arkan al Fadhil, Shoutussalam Islamic Media
Sumber : Shoutussalam.com












Photobucket

Link Movement

Aqiqah Saung Domba | Praktis Amanah Santun Sedap

Kumpulan Kitab & Buku Islam

Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (Al-Qamar: 17)

Kitab/Buku Lain..