Ba'asyir: Islam Harus Diamalkan Secara Murni dan Kaffah dalam Bingkai Khilafah
Dari dalam penjara paling angker di
Indonesia, Ustadz Abu Bakar Ba’asyir tak surut menyuarakan perjuangan
menegakkan Syariat Islam.
Kepada para Relawan Infaq Dakwah Center (IDC) Voa-islam yang
membezuknya, Ustadz Abu, sapaan akrabnya, menitipkan wasiat tertulis
untuk disebarluaskan kepada kaum Muslimin di luar penjara.
Dalam
taushiyah tulisan tangan sebanyak tiga lembar itu, Ustadz Abu
menyampaikan tiga prinsip dalam mengamalkan Dinul Islam.
Prinsip pertama, menurut Ustadz Abu, adalah mengamalkan Islam secara
murni tanpa dikotori oleh ideologi dan ajaran apapun.
“Islam wajib diamalkan secara murni, syaratnya tidak boleh dicampur
dengan ajaran atau ideologi ciptaan akal manusia seperti: demokrasi,
sosialisme, nasionalisme, Pancasila dan lain-lain,” jelasnya sembari
mengutip Al-Qur'an surat Al-An'am 153. “Sebab Dinul Islam adalah haq
wahyu Allah, sedangkan semua ideologi ciptaan manusia adalah batil wahyu
syaitan,” tambahnya.
Dalam penjelasannya, Ustadz Abu mengutip hadits riwayat Imam Ahmad bin
Hanbal.
Suatu
ketika Rasulullah SAW membuat garis dengan tangannya kemudian beliau
mengatakan: “Ini adalah jalan Allah yang lurus.”
...Islam wajib diamalkan secara murni, kaffah dan dalam bingkai
Khilafah Islamiyah. Setiap orang Islam yang tinggal di negara kafir
wajib berjuang merubah negara itu menjadi negara Islam dengan cita-cita
dakwah dan jihad...
Lalu
beliau memberikan ilustrasi dengan membuat garis di sebelah kanan dan
kirinya, kemudian beliau bersabda: "Jalan-jalan ini tidak ada satu jalan
pun dari jalan-jalan tersebut melainkan di atasnya terdapat syaitan
yang mengajak ke jalan itu." Kemudian beliau membaca ayat: “Yang Kami
perintahkan ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan
janganlah kamu mengikuti jalan-jalan yang lain, karena jalan-jalan itu
mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya" (Al-An'am 153).
Prinsip yang kedua, lanjut Ustadz Abu, adalah mengamalkan ajaran Islam
secara menyeluruh (kaffah).
“Islam wajib diamalkan secara kaffah yakni keseluruhan, tidak boleh
dipotong-potong yakni ada yang diamalkan dan ada yang ditolak.
Mengamalkan
syariat Islam secara sepotong-potong adalah langkah syaitan yang
dimurkai Allah SWT,” terangnya sembari mengutip Al-Qur'an surat
Al-Baqarah 208.
Terakhir, yang ketiga, jelas Ustadz Abu, Islam harus diamalkan dalam
bingkai Khilafah Islamiyah. “Islam wajib diamalkan dalam negara Islam
atau Khilafah Islamiyah, sebab pemimpinnya orang Islam itu hanya Allah,
Rasul-Nya dan orang-orang beriman yang taat,” tegasnya. “Maka setiap
Muslim hanya wajib mentaati Allah, Rasul-Nya dan ulil amri mukmin yakni
pemimpin negara Islam atau khalifah.”
Menurutnya, prinsip khilafah ini sesuai dengan firman Allah dalam surat
Al-Ma’idah 55 dan An-Nisa’ 59.
...jihad hari ini khususnya di Indonesia hukumnya fardu ‘ain.
Kaum
muslimin harus berjihad dengan jiwanya bagi yang mampu dan dengan
hartanya...
Selain itu, masih dalam konteks Khilafah Islamiyah, Ustadz Abu
menguraikan bahaya jika negara diatur dengan sistem kafir. “Islam tidak
boleh sengaja diamalkan di negara kafir, sebab pemimpin negara kafir
adalah thaghut, dia pemimpinnya orang kafir, yang peranannya memurtadkan
orang Islam. Maka setiap orang Islam wajib menjauhi dan mengingkari
thaghut, tidak boleh mentaatinya,” jelasnya dengan menyitir Al-Qur'an
surat Al-Baqarah 257 dan An-Nisa’ 60.
Menilik nas-nas Al-Qur'an di atas, Ustadz Abu menyimpulkan bahwa
memperjuangkan Khilafah Islamiyah adalah kewajiban setiap umat Islam.
“Setiap orang Islam yang tinggal di negara kafir wajib berjuang merubah
negara itu menjadi negara Islam dengan cita-cita dakwah dan jihad,”
ujarnya.
Dalam konteks perjuangan di Indonesia, satu-satunya jalan untuk
menggapai Khilafah Islamiyah yang diridhai Allah, menurut Ustadz Abu,
adalah dengan dakwah dan jihad. “Maka jihad hari ini khususnya di
Indonesia hukumnya fardu ‘ain. Kaum muslimin harus berjihad dengan
jiwanya bagi yang mampu dan dengan hartanya,” tandasnya.