Mengikuti Trend, Berhati-hatilah Memberi Nama Anak
Kini gelombang meniru-niru taklid buta telah melanda seluruh masyarakat Islam dalam berbagai bentuk dan coraknya. Dan yang paling menonjol adalah pola berpikir dalam memilih nama untuk putera-puterinya. Mereka lupa bahwa setiap masyarakat memiliki norma, memiliki standar dan kondisi khususnya sendiri-sendiri.
Demikianlah perlu kita sadari bahwa unsur meniru-niru yang sakti itu telah ikut menyebar denagn membonceng media massa. Ketahuialh bahwa media massa kini telah berhasil memindahkan dunia ke dalam rumah dan kamar kita melalui TV dan Video yang merusak.
Dalam hal materi unsur meniru-niru ini dapat memporak-porandakan potensi dan kekuatan masyarakat denagn terhamburnya harta masyarakat bukan pada yempatnya dan tanpa bimbingan yang tepat bagaimana seharusnya masyarakat membelanjakan uangnya.
Dari segi mental, unsur meniru-niru ini telah merusak dan mengubah kepribadian ummat secara umum. Dan akhirnya masyarakat hanya dijadikan kelinci percobaan program ekonomi dan kejiwaan yang rusak dan bermacam-macam itu. Dan semua ini dilakukan oleh kaum yang memusuhi Islam.
Upaya musuh-musuh Islam telah berhasil dengan baik dalam mendeskreditkan dan menyingkirkan beberapa nama tokoh Islam yang mulia dari daftar pilihan nama anak-anak muslim dan menjadikannya nama-nama itu tidak disukai dan tidak favorit untuk dipilih. Contohnya adalah nama Umar, Abu Bakar, Utsman, Fathimah, Zainab, dan Khadijah.
Malah program musuh-musuh Islam telah berhasil pula memutarbalikkan nama-nama mulia tersebut menjadi sebutan yang tidak layak dan ada kalanya nama-nama tersebut dijadikan bahan olok-olok untuk merusak citra nama mereka bila didengar, supaya menimbulkan rasa muak terlebih dahulu sebelum mengenang sejarah kebesaran mereka. Dan upaya menanamkan racun dalam hati umat supaya tidak tidak mengenang lagi warisan leluhurnya itu terus dilaksanakan dalam berbagai kesempatan.
Masalah ini penting sekali untuk disadari kembali oleh kaum muslimin, caranya adalah dengan kembali menampilkan serta mengorbitkan nama-nama tersebut ke gelanggang. Sehingga mata dan pendengaran umat dapat menyaksikan keindahan kemilau sejarah Islam yang sudah pernahmemenuhi persada dunia dan agar kita tidak kehilangankepribadian kita.
Dari sisi lain telah datang pula bahaya yang menyusulnya. Kini masyarakat sudah terbiasa menamakan anak-anaknya dengan nama-nama yang cenderung pada keindahan materi, keelokan tubuh, dan hal-hal yang ada kaitannya dengan hawa nafsu seperti Hiyam, Nuhad, Haifa, Mayyadah, Ghadah, Nasywah, Mayisah, dan lain-lain.
Kemudian cobalah perbandingkan dengan nama-nama Barat yang tidak mempunyai ikatan dengan pandangan aqidah kita sedikitpun, tidak mempunyai makna sama sekali atau kosong melompong sehingga dapat dipastikan masyarakat yang mengambil nama-nama dari Barat adalah hanya karena telah terjangkit penyakit meniru dan taklid buta.
Demikianlah perlu kita sadari bahwa unsur meniru-niru yang sakti itu telah ikut menyebar denagn membonceng media massa. Ketahuialh bahwa media massa kini telah berhasil memindahkan dunia ke dalam rumah dan kamar kita melalui TV dan Video yang merusak.
Dalam hal materi unsur meniru-niru ini dapat memporak-porandakan potensi dan kekuatan masyarakat denagn terhamburnya harta masyarakat bukan pada yempatnya dan tanpa bimbingan yang tepat bagaimana seharusnya masyarakat membelanjakan uangnya.
Dari segi mental, unsur meniru-niru ini telah merusak dan mengubah kepribadian ummat secara umum. Dan akhirnya masyarakat hanya dijadikan kelinci percobaan program ekonomi dan kejiwaan yang rusak dan bermacam-macam itu. Dan semua ini dilakukan oleh kaum yang memusuhi Islam.
Upaya musuh-musuh Islam telah berhasil dengan baik dalam mendeskreditkan dan menyingkirkan beberapa nama tokoh Islam yang mulia dari daftar pilihan nama anak-anak muslim dan menjadikannya nama-nama itu tidak disukai dan tidak favorit untuk dipilih. Contohnya adalah nama Umar, Abu Bakar, Utsman, Fathimah, Zainab, dan Khadijah.
Malah program musuh-musuh Islam telah berhasil pula memutarbalikkan nama-nama mulia tersebut menjadi sebutan yang tidak layak dan ada kalanya nama-nama tersebut dijadikan bahan olok-olok untuk merusak citra nama mereka bila didengar, supaya menimbulkan rasa muak terlebih dahulu sebelum mengenang sejarah kebesaran mereka. Dan upaya menanamkan racun dalam hati umat supaya tidak tidak mengenang lagi warisan leluhurnya itu terus dilaksanakan dalam berbagai kesempatan.
Masalah ini penting sekali untuk disadari kembali oleh kaum muslimin, caranya adalah dengan kembali menampilkan serta mengorbitkan nama-nama tersebut ke gelanggang. Sehingga mata dan pendengaran umat dapat menyaksikan keindahan kemilau sejarah Islam yang sudah pernahmemenuhi persada dunia dan agar kita tidak kehilangankepribadian kita.
Dari sisi lain telah datang pula bahaya yang menyusulnya. Kini masyarakat sudah terbiasa menamakan anak-anaknya dengan nama-nama yang cenderung pada keindahan materi, keelokan tubuh, dan hal-hal yang ada kaitannya dengan hawa nafsu seperti Hiyam, Nuhad, Haifa, Mayyadah, Ghadah, Nasywah, Mayisah, dan lain-lain.
Kemudian cobalah perbandingkan dengan nama-nama Barat yang tidak mempunyai ikatan dengan pandangan aqidah kita sedikitpun, tidak mempunyai makna sama sekali atau kosong melompong sehingga dapat dipastikan masyarakat yang mengambil nama-nama dari Barat adalah hanya karena telah terjangkit penyakit meniru dan taklid buta.
0 komentar: