phone: 0817714664
e-mail: albatholcare@gmail.com
round minus
  • img
  • img
  • img
  • img
  • img
round plus

Perang Uhud



Software islami ensiklopedi hadits kitab 9 imam berisi kumpulan hadits dan terjemahDan (ingatlah), ketika kamu berang­kat pada pagi hari dari (rumah) keluarga­mu akan menempatkan para mukmin pada beberapa tempat untuk berperang, dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ketika dua golongan dari­padamu ingin (mundur) karena takut, pa­dahal Allah adalah penolong bagi kedua golongan itu, karena itu hendak­lah ke­pada Allah saja orang-orang muk­min ber­tawakal. Sungguh Allah telah meno­long kamu dalam Peperangan Ba­dar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah, karena itu ber­taqwa­lah kepada Allah, supaya kamu men­syukuri-Nya.(QS. Ali ‘Imran: 121-123)

Menurut jumhur ulama, yang dimak­sud dengan peristiwa ini adalah Perang Uhud. Demikianlah menurut Ibnu Abbas dan yang lainnya. Perang Uhud terjadi pada hari Sabtu bulan Syawwal tahun ke-3 Hijriyyah. Sebab terjadinya ialah karena kaum musyrik hendak menuntut balas atas kekalahan mereka dalam Perang Badar. Dari Perang Badar masih tersisa harta perdagangan yang dise­lamatkan oleh Abu Sufyan. Mereka mem­persiapkan keseluruhan harta itu untuk memerangi Nabi Muhammad SAW. Kaum musyrik mengumpulkan pa­sukan dalam jumlah besar hingga men­capai 3.000 orang. Mereka pun berang­kat hingga tiba di dekat Uhud.

Setelah selesai shalat Jum’at, Rasul­ul­­lah SAW bermusyawarah dengan orang-orang apakah beliau harus pergi menghadapi mereka atau tinggal di Madinah saja. Abdullah bin Ubay me­nyarankan agar tinggal di Madinah saja, sedangkan orang-orang yang tidak ikut Perang Badar menyarankan agar ber­ang­kat untuk menghadapi mereka. Ke­mudian Rasulullah masuk ke rumah dan menyandang busurnya lalu berangkat meng­hadapi kaum musyrik.

Sebagian orang yang menyarankan untuk berangkat merasa menyesal. Me­reka berkata, “Mungkin kita telah me­maksa Rasulullah.” Lalu mereka berujar, “Ya Rasulullah, jika engkau menghen­daki, kita tetap saja di Madinah.”

Maka Rasulullah SAW bersabda, “Tidak layak bagi seorang nabi yang te­lah menyandang busurnya untuk kem­bali hingga Allah menetapkan keme­nangan baginya.”

Maka berangkatlah Nabi SAW ber­sama 1.000 orang sahabat.

Ketika mereka sudah berada di per­batasan Madinah, Abdullah bin Ubay kembali ke Madinah bersama sepertiga pasukan dengan marah, sebab saran­nya tidak dipertimbangkan. Adapun Ra­sulullah terus melanjutkan perjalanan­nya hingga mencapai celah Gunung Uhud dan perut lembah. Beliau menem­patkan sebagian pasukannya di pung­gung gunung. Beliau bersabda, “Jangan sekali-kali kalian menyerang sebelum kami perintahkan menyerang.”

Rasulullah bersiap untuk perang bersama 700 orang sahabatnya. Beliau mengangkat Abdulah bin Jubair sebagai komandan regu pemanah yang berjum­lah 50 orang. Rasulullah SAW bersabda kepada mereka, “Hujani pasukan ber­kuda musuh dengan panah guna melin­dungi kami. Mereka tidak boleh datang dari depanmu. Tetaplah kalian di pos kali­an apakah kita menang ataukah kalah. Jika kalian melihat kami diserang, kalian harus tetap berada di tempat.”

Rasulullah SAW memberikan panji-panji kepada Mush‘ab bin Umair. Beliau memajukan sebagian kaum muda ke garis depan dan memundurkan sebagi­an lainnya.

Kaum Quraisy, yang berjumlah 3.000 orang, telah siaga. Mereka memiliki 100 ekor kuda yang telah disiagakan di sisi gunung. Pasukan berkuda mereka di­bagi dua: regu kanan, yang dipimpin Khalid bin Walid, dan regu kiri, dipimpin Ikrimah bin Abu Jahal. Mereka menye­rahkan panji-panji kepada Bani Abdul Bar.


Kemudian terjadilah, antara dua pasukan itu, suatu peristiwa seperti yang akan dibahas kemudian pada tempat­nya, insya Allah. Oleh karena itu, Allah Ta‘ala berfirman, yang artinya, “Dan ingat­lah ketika kamu berangkat pagi hari meninggalkan keluargamu. Kamu me­nempatkan kaum mukmin pada bebe­rapa posisi untuk berperang”, yakni kamu menempatkan mereka pada be­berapa pos serta menjadikan mereka ter­diri atas regu kanan dan kiri. “Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Me­ngetahui” apa yang diungkapkan oleh lisan kalian dan apa yang tersembunyi di dalam hati kalian.

Mengenai firman Allah Ta‘ala yang artinya, “Ketika dua golongan dari kamu bermaksud mundur”, Al-Bukhari meri­wayatkan dari Jabir bin Abdillah, ia ber­kata, “Ayat (yang artinya) ‘Tatkala dua golongan bermaksud…’ ini diturunkan se­hubungan dengan kami.” Jabir melan­jutkan, “Kami terdiri atas dua gologan: Bani Haritsah dan Bani Salamah.”

“Sesungguhnya Allah telah meno­longmu di Badar”, yakni pada Perang Badar. Perang ini terjadi pada hari Jum’at tanggal 17 Ramadhan, tahun ke-2 Hijriyyah. Itu merupakan peristiwa yang membedakan kebenaran dengan ke­bathilan. Dalam peristiwa tersebut, Allah memuliakan Islam dan pemeluk­nya, meng­hancurkan kemusyrikan, serta me­runtuhkan posisinya dan kelompok­nya. Kemenangan itu dapat diraih walau­pun jumlah pasukan muslim saat itu ha­nya 313 orang, dengan perlengkapan dua ekor kuda dan tujuh puluh unta. Orang yang tidak mendapat kendaraan berjalan kaki. Sementara musuh berjum­lah 900 sampai 1.000 orang, yang di­lengkapi tombak besi, pedang, peralatan yang lengkap, kuda pilihan, dan perhias­an yang berlebihan. Maka Allah memu­liakan Rasul-Nya  dan pasukannya. Dan Dia menghinakan setan dan pengikut­nya.

Oleh karena itu, Allah Ta‘ala berfir­man seraya menghibur hamba-hamba-Nya yang beriman dan kelompok-Nya yang bertaqwa, yang artinya, “Sesung­guh­nya Allah telah menolongmu dalam peristiwa Badar, padahal kamu adalah orang-orang yang lemah”, yakni jumlah­mu sedikit, karena kamu yakin bahwa pertolongan itu dari sisi Allah bukan ka­rena banyaknya perlengkapan dan pasukan. Oleh karena itu, dalam ayat lain Allah berfirman yang artinya, “Se­sungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperang­an yang banyak, dan (ingatlah) Pepe­rangan Hunain, yaitu di waktu kamu men­jadi congkak karena banyaknya jum­lah (-mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikit pun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai-berai.” (QS At-Tawbah: 25).

Firman Allah Ta‘ala yang artinya, “Maka bertaqwalah kepada Allah agar kamu bersyukur”, yakni melaksanakan ketaatan kepada-Nya. Badar adalah se­buah tempat antara Makkah dan Madi­nah yang dikenal dengan sumurnya. Nama itu dikaitkan pada nama orang yang menggali sumur, yaitu Badar.


Photobucket










Link Movement

Aqiqah Saung Domba | Praktis Amanah Santun Sedap

Kumpulan Kitab & Buku Islam

Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (Al-Qamar: 17)

Kitab/Buku Lain..