Ustadz Abu Bakar Ba’asyir (ABB) : Mengamalkan Demokrasi Adalah Kerugian Yang Amat Besar Di Dunia & Akherat
JAKARTA-Di tengah hiruk pikuk dan
hingar bingar pesta demokrasi di hampir setiap sudut negeri ini, maka
membaca nasihat dari Ustadz Abu Bakar Ba’asyir-fakkalahu asrahu-yang
diambil dari salah satu pernyataan Jama’ah Anshorut Tauhid (JAT)
bagaimana mendapatkan setetes embun segar di pagi hari. Mengamalkan
demokrasi adalah kerugian yang amat besar di dunia dan akhirat, ujar
beliau. Berikut lengkapnya.
P E R N Y A T A A N JAMA’AH ANSHORUT TAUHID
Tanggal 13 Rabi’ul Akhir 1430 / 9 April 2009
Tentang D e m o k r a s i
Tanggal 13 Rabi’ul Akhir 1430 / 9 April 2009
Tentang D e m o k r a s i
Assalamu’alaikum warohmatullohi wa barokatuh !
Ketika kami memperhatikan dengan seksama
dan penuh rasa tanggung jawab terhadap sistim demokrasi terkait
keselamatan diri dan kaum Muslimin pada umumnya maka terlihatlah
perbedaan prinsipil antara Islam dengan Demokrasi yaitu :
1. Kedaulatan tertinggi adalah milik
rakyat , sedangkan dalam Islam kedaulatan tertinggi adalah milik Alloh
Subhanahu wa Ta’ala .
2. Hukum yang harus berlaku dalam negeri
demokrasi adalah hukum-hukum yang ditetapkan rakyat . Sedang hukum yang
harus berlaku di bumi Alloh adalah hanya hukum Islam .
3. Segala problematika dan pertikaian di
dalam negeri demokrasi, harus dikembalikan pada undang-undang dasar
yang telah disepakati dan diproduk wakil rakyat . Sedang di dalam Islam,
segala problematika dan pertikaian kaum Muslimin hanya boleh
dikembalikan pada Al-Qur’an dan sunnah Nabi.saw:
4. Dalam demokrasi -tidak terkecuali-
setiap orang berhak menjadi wakil rakyat . Sedang di dalam Islam, yang
berhak untuk mewakili rakyat dalam majlis syuro kepemerintahan ,
hanyalah kalangan ulama dan pakar-pakar dalam hal ilmu yang dibutuhkan.
Hingga dapat menyampaikan aspirasi dan petunjuk yang sempurna dan sesuai
dengan hal yang semestinya.
5. Demokrasi bukan syuro yang
ditunjukkan Islam, meski para pemuja demokrasi berupaya mengelabuhi kaum
Muslimin, bahwa ia adalah syuro yang Islami. Karena dewan syuro syar’i
memiliki ketentuan dan syarat-syarat yang tidak terdapat dalam perangkat
permusyawaratan demokrasi.
6. Dalam demokrasi yang dijunjung tinggi
adalah kebebasan tanpa batas. Sedang di dalam Islam kebebasan yang
diberikan kepada setiap hamba, bukan merupakan kebebasan mutlak, namun
kebebasan yang terbatas dengan batasan-batasan syar’i. Meskipun kaum
muslimin tidak boleh untuk memaksa orang lain dalam mengikuti kehendak
dan keyakinan dirinya.
7. Demokrasi hakekatnya adalah
sekularisme dengan segala pokok tujuan dan petunjuknya, Sedang di dalam
Islam, segala hal harus diarahkan pada peraturan-peraturan syar’i.
Barangsiapa yang memisah-misahkan perkara kehidupan, sebagiannya
diserahkan kepada Alloh dan sebagian yang lain dipasrahkan kepada
manusia, maka ia telah melakukan perbuatan kufur .
8. Demokrasi menuntut adanya kelompok
ataupun partai, yang loyalitas para anggotanya tidak lebih dari
partai-partai tersebut .Sedangkan Islam melarang kaum Muslimin dari
perpecah belahan dan perselisihan tanpa dasar syar’i yang berdampak
kelemahan dan kekalahan atas mereka.
9. Demokrasi menjadikan voting (suara
terbanyak) sebagai pemutus final dalam segala hal yang hendak dijadikan
hukum. Sedangkan Islam, mewajibkan atas kaum Muslimin untuk tunduk,
ta’at dan berserah diri terhadap ketentuan dan ketetapan Alloh dan
RosulNya. Tidak halal bagi mereka untuk menawar dan bimbang atas
ketetapan-ketetapan syar’i.
10.Demokrasi adalah merupakan pangkal
dan pupuk penyubur bagi ideologi kapitalis, dimana seorang manusia
berkeyakian/berkelakuan bahwa harta yang dimilikinya adalah mutlak milik
dirinya, hingga ia boleh berbuat dengan hartanya untuk belanja maupun
mengembangkannya dengan berbagai cara . Sedangkan Islam mengajarkan
kepada kaum Muslimin, bahwa mereka dan yang dimilikinya adalah milik
penciptanya. Status mereka hanyalah sebagai makhluk kholifah ataupun
yang diamanati untuk mengelola bumi dalam rangka menjalankan kehendak
Alloh.
11. Demokrasi adalah ideologi dan sistem
hukum karet, yang bisa ditarik kesana dan kemari, sesuai kehendak
penguasanya .Nyatanya, nyaris tidak ada Negara demokrasi yang tidak ada
kebohongannya dalam pemilu. Dan sekian banyak Negara-negara demokrasi
dunia hari ini, justru menjadi momok kebebasan bagi para rakyatnya,
terutama kaum Muslimin. Bahkan di Palestina dan Algeria sebelumnya, kaum
Muslimin telah tertipu dengan perjuangan melalui demokrasi, hingga
bukannya dapat kedudukan dan kekuasaan , namun justru mereka diketok
dengan palu besi dan diperangi dengan 1001 alasan.
12. Maka jelas demokrasi berbeda jauh
dan bertentangan dengan Islam. Karena Islam adalah dien (agama) yang
dianut, maka lawannyapun adalah merupakan agama yang dijadikan panutan
seperti demokrasi ini. Sedang satu-satunya agama yang diakui Alloh
hanyalah Islam,dan Alloh SWT., enggan menerima dari hambaNya kecuali
hanya ISLAM yang murni.
13. Kewajiban seorang Muslim yang
tinggal di negara yang menganut demokrasi adalah tidak rela dan
memungkiri sistem serta ideologi kafir tersebut, lalu berupaya maksimal
untuk menggantinya dengan Islam yang kaffah lewat cara yang dituntunkan
dalam Sunnah Nabi Muhammad sholallohu ‘alaihi was salam yaitu: Dakwah
dan Jihad. Jika belum mampu, maka harus melakukan i’dad (persiapan)
kekuatan yang maksimal, jika tidak mampu maka berhijrah ke negeri dimana
ia mampu melaksanakan syari’at Alloh secara sempurna.
Dan utamanya berdasarkan Ayat–ayat Qur-an yang tercantum di bawah ini :
Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit
dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu baginya
dalam kekuasaan(Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia
menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.
Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul
pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan
jauhilah Thaghut itu”. (QS An Nahl : 36)
Apakah mereka mempunyai
sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama
yang tidak diizinkan Allah? (QS Asy-Syuro : 21)
karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, Padahal kamu mengetahui. (QS Al Baqarah : 22)
Juga hadits Nabi Muhammad sholllahu ‘alaihi was salam :
Artinya : Dari Abu Hurairoh
rodhiyyallohu ‘anhu berkata saya mendengar Rasululloh sholallohu ‘alaihi
was salam bersabda : “ Alloh berfirman : ‘Aku tidak butuh sekutu dari
kemusyrikan , barangsiapa beramal sebuah amalan yang di dalam
menyekutukan Aku dengan selainKu maka Aku tinggalkan dia dan apa yang
disekutukannya itu.”(HR Imam Muslim)
Maka dengan bertawakkal kepada Alloh ‘Azza wa Jalla , kami selaku Amir Jama’ah Anshorut Tauhid menyatakan :
1.Bahwa Jama’ah menyatakan berlepas diri
dari orang–orang, partai–partai, kelompok-kelompok yang mengamalkan dan
mendukung sistim demokrasi beserta seluruh mekanisme dan
perangkat-perangkatnya.
2.Kaum Muslimin hendaknya segera
kembali kepada kemuliaan Syari’at Islam dan menunaikan kewajiban Jihad
Fii Sabilillah sebagai satu–satunya jalan meraih kemulian Islam dan
ummatnya serta berhenti dari perbuatan Syirik Akbar yang terkandung
dalam sistim demokrasi, karena sesungguhnya mengamalkan demokrasi adalah
kerugian yang amat besar di dunia dan akherat.
3.Akhirnya, kami berserah diri kepada
Alloh Rabbul ‘Alamiin agar memberikan kepada kami kekuatan dan
keistiqomahan dalam mengijabah setiap titah dan perintah-Nya serta
selalu memohon ampunan-Nya atas segala kelemahan dan ketidakberdayaan
kami
Hasbunalloh wa ni’mal wakil, ni’mal maula wan ni’man nashiir, laa haula wa laa quwwata illa billah!
Wassalamu’alaikum warohmatullohi wa barokatuh !
Solo , 13 Rabi’ul Akhir 1430 / 9 April 2009
Amir Jama’ah
(KH. Abu Bakar Ba’asyir)