Nabi Diboikot Kaum Kuffar
Penentangan
kaum kuffar terhadap dakwah Islam dilakukan dengan segala cara. Dengan
cara hal yang manis menggiurkan, berupa tawaran duniawi, cara ini tidak
mempan. Dengan cara tawar menawar, yaitu tawaran kepada Muhammad saw.
agar menyembah tuhan mereka sehari, dan mereka menyembah Tuhannya
Muhammad sehari. Dengan cara teror, intimidasi bahkan upaya pembunuhan.
Semua cara berujung kegagalan.
Demikianlah Allah menggagalkan
teror, tipuan, dan tawar menawar di hadapan gelombang dakwah di jalan
Allah swt. Mereka gagal memadamkan cahaya iman dan tauhid.
Maka kaum Quraisy kembali menggunakan cara kekerasan dan penindasan
kepada kaum muslimin dengan perlakuan yang tidak tertahankan manusia
kecuali mereka yang beriman. Rasulullah saw. yang melihat penderitaan
para sahabatnya itu, dan sama sekali tidak bisa melawan, menyuruh mereka
untuk meninggalkan kampung halamannya itu, dilandasi oleh semangat
menyelamatkan, maka terjadilah hijrah ke Habasyah.
Dengki Pangkal Penentangan
Tidak
diragukan lagi bahwa penyebab semua ini adalah rasa iri (hasad) dan
kesombongan tanpa argumentasi seperti yang dilakukan oleh Al-Walid bin
Al-Mughirah, yang mengatakan:
أَيَنْزِلُ عَلَى ” مُحَمَّدٍ ”
وَأُتْرَكُ أناَ كَبِيْرُ قُرَيْشٍ وَسَيِّدُهَا وَيُتْرَكُ أَبُوْ
مَسْعُوْدٍ، وَنَحْنُ عَظِيْمَا الْقَرْيَتَيْنِ ؟
“Bagaimana
mungkin diturunkan kepada Muhammad, tidak kepadaku, sedangkan aku yang
menjadi pembesar dan pemimpin suku Quraisy, tidak diberikan kepada Abu
Mas’ud, sedang kami berdua yang menjadi para pembesar dua negeri.”
Maka Allah turunkan ayat 31-32 surah Az Zukhruf:
“Dan
mereka berkata: “Mengapa Al Quran Ini tidak diturunkan kepada seorang
besar dari salah satu dua negeri (Mekah dan Thaif) ini? Apakah mereka
yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? kami Telah menentukan antara mereka
penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami Telah meninggikan
sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar
sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat
Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”
Pemboikotan Total
Kaum
musyrikin berkumpul untuk menetapkan cara efektif menghentikan Islam
dan Nabinya. Pertemuan itu menghasilkan kesepakatan untuk menulis
selembar kesepakatan pemutusan hubungan total dengan Bani Hasyim dan
Bani Abdil-Muththalib. Pengumuman itu berisi:
Barang siapa yang
setuju dengan agama Muhammad, berbelas kasihan kepada salah seorang
pengikutnya yang masuk Islam, atau memberi tempat singgah pada salah
seorang dari mereka, maka ia dianggap sebagai kelompoknya dan diputuskan
hubungan dengannya.
- Tidak boleh menikah dengannya atau menikahkan dari mereka.
- Tidak boleh berjual beli dengan mereka.
Kemudian mereka gantung pengumuman ini di salah satu sudut Ka’bah untuk menegaskan kekuatan isinya.
Pertolongan Allah
Di
tengah penderitaan inilah Allah swt. menundukkan sebagian orang Quraisy
untuk membantu kaum muslimin yang terisolir. Di antara mereka itu
adalah Hisyam bin Amr, seorang yang dimuliakan kaumnya. Hisyam membawa
untanya penuh makanan di malam hari ke Bani Hasyim dan Bani Muththalib.
Begitu sampai di dekat lembah ia lepaskan kendali untanya kemudian
dihentikannya unta itu. Demikian juga ketika untanya itu membawakan
pakaian. Untuk meringankan penderitaan kaum muslimin yang terisolir.
Di
tengah isolasi total ini Bani Hasyim dan Bani Muththalib ikut bergabung
baik yang muslim maupun yang kafir kepada Rasulullah saw, mereka masuk
ke syi’b (lembah) Bani Hasyim. Mereka yang kafir bergabung dengan
motivasi kesukuan dan kekerabatan, sedang yang muslim dengan motivasi
akidah. Selain Abu Lahab, yang berada bersama kafir Quraisy mendukung
permusuhannya dengan kaumnya.
Keadaan ini berlangsung selama tiga
tahun, kaum Quraisy. Kaum Quraisy semakin memperketat isolasinya kepada
kaum muslimin sehingga mereka tidak memiliki bekal makanan. Kesulitan
mereka sampai pada kondisi hanya makan dedaunan.
Anak-anak kaum
Muslimin menangis kelaparan, dan tangisan mereka terdengar dari balik
lembah. Kaum Muslimin tetap sabar dan tegar dari tekanan yang
mencelakakan ini dengan terus mengharapkan pertolongan Allah.
Bentuk Kemarahan dan Penindasan
Perhatikanlah
bentuk kemarahan yang sampai ke puncaknya. Ketika datang kafilah datang
ke Mekah, dan salah seorang sahabat Nabi datang ke pasar untuk membeli
makanan bagi keluarganya, maka Abu Lahab seketika itu mengumumkan kepada
para pedagang:
يَا مَعْشَرَ التُجَّارِ غَالُوْا عَلَى أصْحَابِ ”
مُحَمَّد ” حَتَّى لاَ يُدْرِكُوْا مَعَكُمْ شَيْئاً، وَقَدْ عَلِمْتُمْ
مَالِي وَعَلِمْتُمْ كَذَلِكَ وَفَاءَ ذِمَّتِي، فَأنَا ضَامِنٌ، وَلاَ
خَسَارَةَ عَلَيْكُمْ
“Wahai para pedagang! Naikkan hargamu kepada
sahabat-sahabat Muhammad sehingga mereka tidak bisa membeli apapun,
kalian semua sudah mengetahui kekayaanku, dan kalian sudah tahu bahwa
saya akan menepati janjiku, saya akan mengganti kalian semua, tidak akan
ada kerugian atas kalian.”
Maka para pedagang itu menaikkan
harganya berlipat-lipat, dan ketika sahabat itu pulang kembali ke
rumahnya, anak-anaknya menangis kelaparan, dan tangannya kosong tidak
membawa makanan yang bisa mereka konsumsi.
Kemudian pedagang itu
datang ke rumah Abu Lahab, membayar makanan dan pakaian yang mereka
bawa, sehingga kaum mukminin mengalami kelaparan.
Pembatalan Lembar Pengumumam
Allah
swt. tidak akan pernah melupakan Nabi pilihan-Nya dan orang-orang yang
beriman bersamanya. Maka Allah jadikan hati orang-orang masih punya
kasih sayang, berbelas kasihan kepada mereka. Hal ini jelas sejak Hisyam
bin Amr yang membawa untanya dengan perbekalan makanan lalu diarahkan
ke Syi’b, mengantarkan makanan kepada kaum muslimin yang terisolir.
Hisyam
din Amr kemudian menghubungi Zuhair bin Abi Umayyah bin Al Mughirah, ia
sampaikan kepadanya, “Wahai Zuhari, relakah kamu makan makanan,
berpakaian, dan menikah, sementara paman dan bibimu dalam keadaan yang
kamu tahu, tidak boleh jual beli, tidak boleh menikah atau dinikahi.
Sedang aku bersumpah dengan nama Allah: Bahwa kalau paman bibinya Abul
Hakam bin Hisyam (Abu Jahal), kau ajak seperti yang aku sampaikan
kepadamu, mereka tidak akan pernah mau menerimanya.
Zuhair
berkata: “Celaka sekali wahai Hisyam, lalu apa yang bisa kita lakukan?
Aku hanya seorang diri. Demi Allah, jika ada orang lain bersama dengan
kami, maka kami akan cabut isolasi ini, aku batalkan embargo ini.”
Hisyam bin Amr menjawab, “Aku menemukan orang lain.”
Kata Zuhair bin Abi Umayyah, “Siapa dia?”
Kata Hisyam, “Saya.”
Kata Zuahair, “Cari seorang lagi, sehingga kita bertiga.”
Kemudian Hisyam menemui Muth’im bin Adiy, menceritakan seperti yang disampaikan kepada Zuhair bin Umayyah
Kata Muth’im, “Carilah orang ke empat.”
Kemudian Hisyam menemui Abul Buhturiy bin Hisyam, ia sampaikan seperti yang ia sampaikan kepada Muth’im bin Adiy
Abul Buhturiy bertanya, “Adakah orang lain yang membantu hal ini?”
Kata Hisyam, “Ada.”
Kata Abu Buhturiy, “Siapa dia.”
Kata Hisyam, “Zuhair bin Umayyah, Muth’im bin Adiy, dan aku bersamamu
Kata Al Buhturiy, “Carilah orang kelima.”
Kemudian
Hisyam menemui Zam’ah bin Al-Aswad bin Al-Muththalib, ia sampaikan
kepadanya tentang kedekatan hubungan keluarganya dan hak mereka.
Zam’ah menanyakan, “Apakah urusan yang kau sampaikan kepadaku ini ada orang lain?”
Kata Hisyam, “Ada,” kemudian ia sebutkan orang-orang yang telah ia temui.
Kemudian mereka bersepakatan untuk bertemu malam hari di sebuah bukit di Mekah.
Di
sanalah mereka berkumpul dan bersepakat untuk membatalkan pengumuman
pembokiotan. Dan ketika datang pagi hari mereka pergi ke tempat
pertemuannya. Zuhair bin Umayyah thawaf di Ka’bah tujuh kali putaran.
Kemudian berdiri menghadapkan wajahnya kepada para hadirin dan
mengatakan:
Wahai warga Mekah, apakah kita makan, memakai pakaian
sementara Bani Hasyim mati kelaparan, tidak boleh jual beli, demi Allah
saya tidak akan duduk sehingga pengumuman embargo yang zhalim ini
dirobek.
Abu Jahal berkata -ada di salah satu sudut masjid, “Bohong kamu, demi Allah, pengumuman itu tidak boleh dirobek.”
Zam’ah bin Al-Aswad: Engkau, demi Allah, lebih pendusta, kami tidak pernah menyetujuinya sejak engkau menulisnya.
Abul Buhturiy berkata, “Benar Zam’ah, kami tidak setuju tulisan itu dan tidak pernah mengakuinya.”
Al-Muth’im
bin Adi berkata, “Kalian berdua benar, dan bohong orang yang mengatakan
selain yang kalian berdua katakan. Kami berlepas diri darinya dan
tulisan yang ada di dalamnya.”
Hisyam bin Amr berkata seperti yang dikatakan Al-Muth’im bin Adiy
Abu Jahal berkata, “Ini pasti sudah diputuskan di malam hari, kalian telah bermusyawarah tentang hal ini di luar tempat ini.”
Abu Thalib saat itu berada di salah satu sudut masjid menyaksikan pertarungan yang terjadi di antara mereka.
Kemudian
Muth’im bin Adiy berdiri ke tempat ditempelkannya pengumuman itu untuk
merobeknya, dan ternyata pengumuman itu sudah dimakan tanah kecuali
kalimat ‘Bismikallahumma’ yang menjadikan kebiasaan orang Arab menulis
surat.
Perhatikanlah, bagaimana Allah swt. menundukkan mereka ini
untuk membantu Islam dan kaum muslimin, berdiri di sisi yang benar.
Tidak diragukan lagi bahwa yang mendorong hal ini adalah pertolongan
Allah swt. pada rasul-Nya, dan kaum mukminin yang ada.
Kemudian
perhatikan pula, tanah yang makan pengumuman itu, kecuali nama Allah
Yang Maha Agung. Hal ini menjadi bukti yang sempurna bahwa Allah swt.
Maha Suci dari seluruh ucapan orang-orang zhalim.
Dampak Embargo
Embargo ini berdampak baik bagi Islam dan kaum muslimin, antara lain:
Kaum
muslimin dapat mengambil pelajaran langsung tentang kesabaran dan daya
tahan. Mereka menyadari bahwa kehilangan keuntungan dan hancuran
sarana-sarana kebaikan tertentu adalah kewajiban pertama yang harus
diberikan dalam pengorbanan di jalan aqidah. Tekanan-tekanan itu tidak
akan membunuh para da’i bahkan semakin memperkuat akar dan dahannya.
Bahwa ketika Allah swt. menghendaki salah seorang hamba-Nya menfokuskan diri pada da’wah, kebaikan, dan perbaikan, akan diletakkan di hatinya rasa tidak senang dengan apa yang dialami masyarakatnya, yang berupa kerusakan dan kesesatan.
Bahwa ketika Allah swt. menghendaki salah seorang hamba-Nya menfokuskan diri pada da’wah, kebaikan, dan perbaikan, akan diletakkan di hatinya rasa tidak senang dengan apa yang dialami masyarakatnya, yang berupa kerusakan dan kesesatan.
Orang-orang Quraisy tidak pernah membayangkan bahwa suatu hari nanti, cepat atau lambat, fajar baru akan terbit, Mekah akan bersih dari berhala, Adzan berkumandang di seluruh sudutnya, dan orang-orang yang pernah diboikot itu akan menjadi pemegang kendali, para pemimpin yang memutuskan persoalan, dan mereka menjadi tawanan yang mengharapkan ampunan. Mereka hanya meyakini bahwa hari ini dan nanti adalah milik mereka, akan tetapi Allah balikkan harapannya, dan memberikan kemenangan besar kepada pembawa kebenaran.
“Dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman. Karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya.” (Arrum: 4-5).
Pelajaran Berharga
Motivasi
akidah adalah satu-satunya motivasi kaum muslimin untuk memeluk Islam,
meskipun menghadapi tekanan keras, dan tidak ada motivasi lain, apalagi
yang bersifat materi.
Di antar cara bijak para da’i menghadapi
ahlul batil adalah dengan argumentasi dan bukti, serta mendakwahinya
dengan berangkat dari realitas yang mereka alami, tidak boleh menyikapi
siksaan dengan siksaan, makian dengan makian.
Seorang muslim tidak boleh tunduk dan bertahan dengan gangguan jika mampu membalasnya, atau ada orang yang membantunya menangkis siksaan itu. Seperti yang dilakukan kaum muslimin ketika Hamzah dan Umar masuk Islam, serta bantuan keluarga seperti Abu Thalib.
diperbolehkan bagi seorang muslim untuk menangkis ahlil batil, mengungkapkan kepalsuan akidahnya, penyimpangan fikrahnya dengan serangan tidak membahayakan diri da’i dan teman-temannya dari jebakan musuh.
Seorang pemimpin sukses adalah yang mampu mencerahkan pasukan dan potensinya untuk menghindari gangguan, dan beralih kepada peperangan terbuka melawan musuhnya pada waktu, tempat yang baik bagi da’wah.
Hijrah kaum muslimin ke Habasah adalah buah dari hubungan baik antara Islam dan Nasrani, serta kesepakatan untuk melawan kaum musyrikin, optimalisasi kekuatan yang tidak mengganggu dan memusuhi Islam dengan terbuka.
Jika seorang muslim komitmen dengan akidah yang lurus, maka akan mengusir kebimbangan hatinya, menguatkan cahaya keyakinan hatinya.
Kaum kafir melakukan pemutusan total dengan Rasulullah dan kaum muslimin karena Islam mulai menggoncang sendi-sendi aqidah mereka yang batil dan eksistensi spiritualnya dengan kuat. Mereka hanya mengikuti agama nenek moyang dan para pendahulunya.
Para pemimpin simbolis yang mendapatkan keuntungan materi, status sosial adalah orang-orang pertama yang memusuhi Islam, dan akan terus memusuhinya karena ia takut kehilangan posisi dan popularitas diri. Kehilangan kekuasaan dan kedudukan.
Masuk Islamnya Umar dan Hamzah adalah masuk Islamnya pemimpin yang akan berperan banyak dalam keseimbangan haq (benar) dan batil (salah).
Kaum muslim memanfaatkan semangat kesukuan dalam mencabut embargo
Para da’i ilallah keluar dari ujian dan penderitaan yang menimpanya dalam keadaan lebih tangguh, lebih kaya pengalaman, lebih mampu bergerak mencapai sasarannya, ketika mereka dapat mengambil buah ujian itu.
Tsiqah yang utuh dengan janji Allah yang akan memberi pertolongan dan tsiqah yang utuh kepada pemimpin dibarengi dengan harapan pahala di sisi Allah.
Berkorban dengan jiwa dan yang paling berharga adalah ciri para da’i yang mengharapkan balasan dari Allah.
Pertolongan itu pasti datang jika sifat-sifat kelayakan untuk mendapatkan pertolongan itu terpenuhi.
Ahlul batil mengeluarkan hartanya untuk meninggikan kebatilannya, maka menjadi kewajiban ahlul haq untuk membelanjakan yang mahal dan mulia dalam rangka meninggikan kalimatul haq (kebenaran).
Bangsa Arab meski dalam jahiliyah memiliki janji dan kesepakatan yang tidak bisa dilanggar kecuali jika menyatakan dengang terbuka pembatalah janji itu. Dari itulah mereka tidak bisa keluar dari isi pengumuman itu sebelum pengumuman itu dirobek.
Allah swt menjaga kaum muslimin, dan menundukkan tokoh-tokoh kafir untuk membela mereka dan memecah barisan kaum musyrikin.
Allah memiliki beberapa pasukan, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah yang bekerja untuk membantuk kaum muslimin, seperti yang dilakukan tanah terhadap lembar pengumuman embargo. Allahu a’lam.
Referensi
a. As-Sirah An-Nabawiyah Durusun wa ‘Ibar, karya - DR. Musthafa As-Siba’
b. Sirah Nabawiyah - Ibnu Hisyam
c. Zaadul Ma’ad - Ibnul Qayim
d. Arrahiqul Makhtum - Al Mubarak Furi
e. Nurul Yaqin - Khudhari
f. Assirah Annabawiyah - Ibnu Katsir